Bayi Iblis dari Israel?
Ilustrasi bayi iblis
Tahun-tahun terakhir, kita heboh dengan berita adanya bayi bermata satu dari Israel yang disebut-sebut sebagai bayi iblis atau bayi dajal. Kebetulan, bayi tersebut memiliki mata satu yang letaknya tepat di dahi, tengah kepala, sehingga kadang kita berkhayal bahwa bayi inilah yang sesuai dengan “ramalan” Nabi Muhammad saw.
Rasulullah sendiri pernah bersabda, "Awas! Dia pecak (buta sebelah) … dan di antara dua matanya, tertulis 'Kafir' …. " (H.R. Bukhari). Hanya karena bayi bermata satu, benarkah kita layak menyebutkan dia sebagai bayi “jahat”?
Hanya karena bayi tersebut lahir di Israel, negara yang kebetulan memporak-porandakan Palestina yang dianggap negara berpopulasi muslim terbesar, layakkah kita melabelinya sebagai “Calon Dajal”?
Iblis Versi Barat
Satu hal yang patut kita perhatikan tentang iblis adalah pemahaman kita yang korup tentangnya. Pemahaman bahwa Iblis adalah makhluk jahat yang kemudian direkayasa kadang bertanduk dan memiliki trisula (seperti dalam lambang klub Manchester United), adalah murni pemahaman orang-orang Barat.
Kemudian, secara gradual “dipaksakan” ke dalam pemahaman kita, orang-orang Timur, yang kebetulan juga mengenal setan-setan semacam genderuwo, kuntilanak, pocong, dan sebagainya. Artinya, secara tidak sengaja (atau mungkin sengaja), kita memahami Iblis sebagai sosok yang jauh dari budaya kita, budaya Timur. Lalu, bagaimana iblis atau setan dalam budaya Timur?
Iblis Versi Timur
Dalam budaya Timur (Islam dan Timur adalah hal yang hakikatnya sama sehingga ketika kita bicara Timur, berarti kita bicara Islam juga), setan tidak hanya ada di luar tubuh kita seperti dalam bentuk-bentuk hantu yang dikenal di Nusantara. Lebih jauh, budaya Timur sebenarnya menunjukkan bahwa konsep “malaikat” dan “setan” ada di dalam diri kita.
“Malaikat” dan “setan” adalah perlambang perang ruh dan jiwa dalam mengatasi keterjebakannya terhadap tubuh. Jika ruh dan jiwa terjebak dalam keinginan tubuh, artinya, kita sudah menjadi “setan”, yang hanya memuaskan hasrat sesaat.
Ruh dan Jiwa
Ruh adalah “energi murni” yang untuk sementara, dalam hidup di dunia, ditopang oleh tubuh atau “kendaraan tempur yang akan lapuk”. Jiwa dapat dikatakan sebagai perantara antara ruh dan tubuh. Jiwa dan ruh akan bebas dari tubuh ketika kita mati.
Dengan pemahaman seperti ini, sebenarnya, pergelutan dalam hidup kita adalah pergelutan menaklukkan tubuh, menaklukkan setan, bukan pergelutan untuk takut atau bahkan menyembah setan berupa hasrat. Apalagi menyembah setan-setan yang memiliki banyak nama dan jenisnya tadi.
Kembali pada konteks bayi iblis atau bayi dajal dari Israel, ada kekhawatiran bahwa dengan menduga bayi itu merupakan bayi dajal, kita malah sibuk menyalahkan Israel atau menuduh mereka sebagai penghancur umat Islam dan dunia pada akhir zaman.
Daripada sibuk menyalahkan Israel yang jelas-jelas salah, bukankah lebih baik menyalahkan diri sendiri dan berpikir jangan-jangan ada bayi iblis di dalam diri kita sendiri berupa keakuan, kesombongan, dan menganggap diri paling benar?