Cerita Ibu dan Anak Oedipus Complex
Ilustrasi cerita ibu dan anak
Berbagai cerita ibu dan anak dalam arti konflik antara ibu dan anak dapat kita temukan dalam dongeng-dongeng dunia maupun nusantara. Menariknya, dalam berbagai kebudayaan terdapat cerita tentang anak yang menikahi ibunya sendiri atau dalam teori Freud, tokoh psikoanalisa, dikenal dengan istilah Oedipus Complex. Di Indonesia Legenda Tangkuban Perahu adalah contoh cerita ibu dan anak oedipus complex tersebut.
Alur Cerita Oedipus
Kisah Oedipus berasal dari mitologi Yunani. Oedipus adalah putra dari Laius dan Jocasta, raja dan ratu Thebes. Dikisahkan bahwa setelah sekian tahun tidak memiliki anak, raja dan ratu Thebes tersebut menghadap Dewa Apollo. Sang Dewa meramalkan bahwa keduanya akan memiliki anak, namun kelak sang anak akan membunuh ayah dan menikahi ibunya sendiri. Maka begitu Oedipus lahir, ia dibuang, kakinya diikat, dan dipaku.
Nasib baik berpihak pada Oedipus. Seorang pengembala menyelamatkannya Oedipus. Selanjutnya Oedipus diangkat anak oleh Polybus, raja Corinth dan mendapat nama baru. Setelah Oedipus dewasa, seorang pemabuk memberitahukan bahwa ia bukanlah anak kandung Polybus. Ia pergi menghadap dewa dan diramalkan akan membunuh ayah kandung dan menikahi ibunya. Guna meghindari ramalan tersebut Oedipus pergi meninggalkan Corinth menuju Thebes.
Di tengah perjalanan, Oedipus bertemu raja Laius yang merupakan ayah kandungnya sendiri. Oedipus tidak mengenal Laius. Oedipus tidak mau minggir ketika kereta Laius lewat. Mereka bertikai dan Oedipus akhirnya membunuh Laius. Oedipus sama sekali tidak menyadari bahwa ia telah membunuh ayah kandungnya sendiri.
Oedipus melanjutkan perjalanannya menuju Thebes. Ia bertemu dengan Sphinx yang memberinya teka-teki. Jika Oedipus tidak dapat menjawab, ia akan dibunuh. Oedipus berhasil menjawab teka-teki dari Sphinx. Karena keberhasilannya tersebut Sphinx bunuh diri.
Karena dianggap berjasa telah membunuh Sphinx, Oedipus diangkat menjadi raja Thebes dan menikahi janda raja Thebes yang tidak lain merupakan ibu kandungnya sendiri. Namun saat itu Oedipus sama sekali tidak tahu jika janda raja Thebes adalah ibunya. Oedipus dianugrahi empat orang anak dari ibu kandungnya sendiri.
Beberapa lama setelah pernikahannya, kota Thebes terkena wabah berbahaya. Oedipus mengutus Kreon untuk menanyakan pada dewa, apa penyebab wabah tersebut. Kreon melaporkan bahwa pembunuh raja Thebes harus ditemukan agar bencana di Thebes lenyap.
Oedipus bertanya pada Teiresias, peramal buta, siapa pembunuh raja Thebes. Teiresias meminta Oedipus menghentikan penyelidikan tersebut. Oedipus terus memaksa, sehingga ia bertikai dengan Teiresias. Akhirnya Oedipus tahu bahwa dirinya sendirilah yang telah membunuh Laius, raja Thebes.
Pada saat yang sama tersiar kabar, bahwa Polybus meninggal dunia. Jocasta yang telah menjadi istri Oedipus akhirnya tahu siapa Oedipus sebenarnya. Ia terkejut dan akhirnya gantung diri. Oedipus terpukul dengan kematian Jacosta tersebut. Ia membutakan dirinya, dan pergi meninggalkan Thebes bersama seorang anaknya yang bernama Antigone.
Cerita ibu dan anak lainnya
Di indonesia ada cerita yang memliki kesamaan dengan Oedipus yakni Legenda Gunung Tangkuban Perahu. Dalam legenda tersebut diceritakan bahwa ada seorang putri yang tinggal di daerah bernama parahayangan.
Putri ini memiliki kecantikan yang luar biasa sehingga mampu memikat siapa saja yang memandangnya. Namun ada satu keburukan dari putri tersebut yang tentunya juga dimiliki oleh putri lainnya. Keburukan dari putri tersebut adalah sifatnya yang sangat manja sekali.
Pernah di suatu hari putri sedang menenun suatu beranda yang ada di istana. Kondisi putri yang bernama dayang sumbi tersebut di hari itu memang tidak dalam keadaan yang baik. Tiap kali dia menjatuhkan pintalan benang ke lantai. Hampir tidak terhitung jumlahnya dan hal tersebut membuatnya sangat kesal.
Karena terlalu kesalnya akhirnya sang putri, dayang sumbi, pun bersumpah bahwa siapa saja yang membawa pintalan benang itu kembali kepadanya maka akan dijadikan sebagai seorang suami. Namun sayang yang datang bukanlah manusia atau lelaki tampan untuk mengembalikan benang sang putri.
Ternyata yang mengembalikan benang putri adalah seekor anjing. Namun anjing bukanlah anjing sembarang karena memiliki kesaktian yang luar biasa. Karena putri telah bersumpah maka dia pun harus menunaikan sumpah tersebut.
Demi menunaikan sumpah tersebut akhirnya putri pun menikah dengan seekor anjing yang bernama tumang tersebut. Kedua pasangan yang terbilang aneh ini pun hidup rukun hingga mereka dikarunia seorang anak.
Anak yang lahir dari rahim sang putri, dayang sumbi, tidaklah berwujud seekor anjing melainkan berwujud manusia. Sesosok manusia lelaki yang begitu tampan dan sehat serta lucu.
Anak yang dilahirkan oleh dayang sumbi tersebut diberikan nama sangkuriang. Dalam kesehariannya sangkuriang selalu ditemani oleh tumang yang merupakan ayahnya. Namun hal tersebut tidaklah diketahui oleh sangkuriang sendiri. Sangkuriang hanya tahu bahwa setiap dia bermain selalu ditemani oleh seekor ajing yang setia dan bukan ayahnya.
Hingga suatu hari, sangkurian pergi untuk berburu rusa. Perburuan kali ini pun sama seperti biasanya yakni sangkurian pergi bersama dengan tumang. Di tengah perburuan hingga hari menjelang sore sangkuriang belum menemukan hewan buruan sekalipun.
Demi tidak membuat ibunda yang sangat disayanginya kecewa maka sangkuriang pun tidak kehabisan akal. Busur panah yang dibawanya diarahkan ke tumang yang tidak menyadari bahwa sangkuriang akan memanahnya.
Sesampainya dirumah, sangkuriang menyajikan hasil buruannya yang telah matang ke ibunda yang sangat disayanginya tersebut. Karena merasa bahwa makanan yang dimakannya adalah seekor rusa maka Dayang Sumbi pun melahapnya hingga habis.
Tersadar tidak melihat kehadiran tumang maka dayang sumbi pun menanyakan keberadaan tumang ke sangkuriang. Sangkuriang tidak bisa berkatakata akhirnya dia menceritakan hal yang sebenarnya. Makanan yang telah dimakan oleh Dayang Sumbi sebenarnya bukanlah rusa melainkan Tumang karena sangkuriang tidak mendapatkan hewan buruan.
Mendengar hal tersebut, Dayang Sumbi sangat murka dan marah karena Sangkuriang telah membunuh ayahnya sendiri. Tanpa sadar Sangkurian melayangkan pukulan yang sangat keras ke arah pelipis dari Sangkuriang. Terlalu kerasnya pukulan yang diberikan oleh Dayang Sumbi membuat sangkurian terjatuh pingsan. Dan pukulan tersebut meninggalkan bekas yang cukup parah di keningnya.
Mendengar hal tersebut maka sanga raja selaku ayah dari Dayang Sumbi tidak terima atas perlakuan dayang sumbi ke sangkuriang. Dayang sumbi pun diusir keluar istana dan hidup di tengah hutan.
Waktu pun berjalan begitu cepat, sangkuriang kini tumbuh menjadi seorang lelaki dewasa. Dia pun sudah merasa siap untuk pergi keluar istana. Dalam masa pengembaraan inilah sangakurian bertemu dengan dayang sumbi yang masih cantik seperti mudanya.
Karena kecantikan dari dayang sumbi maka sangkuriang pun terpikat. Dilamarnya dayang sumbi oleh sangkurian. Melihat ketulusan hatinya maka dayang sumbi pun menerima lamaran tersebut. Pada saat waktu senggan, dayang sumbi mengusap bagian rambut dari kekasihnya tersebut.
Alangkah terkejutnya dayang sumbi mengetahui ada sebuah bekas di pelipis kekasihnya yang mirip dengan putranya. Karena tersadar bahwa dia akan menikah dengan putranya maka dayang sumbi pun mencari akal.
Ditemukanlah sebuah akal untuk menggagalkan pernikahan tersebut. Untuk melangsungkan sebuah pernikahan maka dia meminta kepada sangkurian untuk dibuatkan danau di sekitar bukit dalam waktu semalam. Karena memiliki ilmu dari ayahnya yakni tumang maka hal tersebut tidaklah menjadi masalah.
Dengan dibantu oleh banyak jin sangkurian hampir menyelesaikan sebuah danau yang diminta oleh dayang sumbi. Melihat anaknya akan berhasil maka dayang sumbi berdoa kepada dewa agar segera dijemput pagi. Dayang sumbi juga tidak kalah putus asa, dia berusaha agar ayam berkokok yang menandakan pagi telah tiba.
Mendengar ayam berkokok maka jin segera lari karena takut akan fajar yang menyingsing. Terbengkalailah sudah danau yang hendak dibuat oleh sangkuriang. Melihat tipu daya yang dilakukan oleh dayang sumbi maka sangkurian pun teramat marah. Ditendangnya perahu yang dibuatnya hingga tertungkup yang sekarang dikenal dengan tangkuban perahu. Sedangkan keduanya yakni dayang sumbi dan sankuriang menceburkan diri ke dalam danau yang dibuatnya tersebut.
Hikmah
Dari dua cerita tersebut kita ketahui bahwa pentingnya garis keturunan yang jelas. Seorang anak harus tahu siapa sebenarnya ayahnya sejak dia dilahirkan dan juga begitu sebaliknya. Hal tersebut sangat perlu agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti kasus pada Oedipus dan sangkuriang tersebut.
Dengan adanya garis keturunan yang jelas juga akan memberikan kekuatan hukum yang jelas pula kepada anak. Dengan demikian anak akan mendapatkan hak waris dan perlindunga hukum lainnya yang diperlukan oleh seorang anak dari orang tuanya.