Gunung Karang - Sang Raksasa Tidur dari Pandeglang
Ilustrasi gunung karang
Salah satu gunung berapi aktif di Jawa Barat adalah Gunung Karang, terletak di Kabupaten Pandeglang, sekitar 20 km sebelah selatan kota Serang. Tidak ada sejarah letusan yang bisa ditemukan, namun data arkeologis memasukkan gunung ini ke dalam kelompok gunung stratovolkano yang memiliki potensi meletus.
Memiliki puncak setinggi 1.778 m dpl, lebih dikenal sebagai gunung wisata ziarah. Pada bulan-bulan tertentu, biasanya bulan Maulid (Rabiul Awal), jumlah pengunjungnya melonjak tajam. Mereka kebanyakan peziarah yang ingin menziarahi petilasan Tb Jaya Raksa, sesepuh Kerajaan Banten yang terletak di Desa Kaduengang.
Melihat Gunung Karang yang terbaring diam di Pandeglang, tak berlebihan jika kita menjulukinya sebagai raksasa yang tengah tertidur tenang, dengan berbagai potensi yang terpendam dalam. Bukan saja karena potensi letusan sebagai gunung berapi aktif, namun juga potensi wisata yang masih belum tergali secara maksimal.
Gunung Karang - Potensi Wisata Alam di Pandeglang
Sejak terbentuknya Provinsi Banten, pemerintah setempat menggalakkan promosi wisata. Dan, gunung Karang menjadi salah satu objek wisata yang diharapkan mampu menarik wisatawan dengan potensi wisata spiritual yang dimilikinya.
Sebelumnya, wisata Banten bertumpu pada kawasan wisata spiritual peninggalan Sultan Banten yang terletak di Banten Lama, Kabupaten Serang. Di tempat itu, para wisatawan biasanya mengunjungi Benteng Surosowan, Mesjid Agung, Klenteng Kuno, dan kompleks makam keluarga Sultan Hasanudin.
Adalah hal yang tepat apabila pemerintah setempat menggalakkan promosi gunung Karang sebagai kawasan wisata bergengsi, sebab gunung ini memiliki ragam objek kunjungan. Tiga objek utama wisata gunung Karang adalah Sumur Tujuh, kolam renang Cikoromoi, dan pemandian air panas Cisolong.
Wisata Cisolong
Di kawasan objek wisata gunung Karang, Anda juga bisa mengunjungi pemandian air panas belerang objek wisata Cisolong. Kenali pemandian alam air panas dengan sumber mata air belerang dari gunung Karang, yang terdapat di kecamatan Kaduhejo, yang berjarak 10 km dari kota Pandeglang.
Wisata Citaman
Mendekati Labuan, Anda bisa mengunjungi objek wisata Citaman. Citaman ini merupakan tempat pemandian alami sekaligus sebagai situs arkeologi dengan pemandangan sangat indah di sekelilingnya. Citaman sendiri merupakan sebuah kolam megalitik, yang berada di lereng Gunung Pulosari, desa Sukasari, kecamatan Menes, kabupaten Pandeglang.
Di dalam kolam ini terdapat beberapa macam batu lumpang atau dakon dan pecahan keramik asing. Kolam ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu satu bagian untuk kaum laki-laki dan satu bagiannya lagi untuk kaum wanita. Kolam Citaman ini berukuran sekitar 350 m2.
Pada zaman megalitik, kolam ini digunakan sebagai tempat mensucikan diri sebelum melakukan ritual di mana batu Goong berada. Situs batu Goong Citaman terletak di sebelah barat Pulosari di bukit Ka du Gunung Pulosari. Berdasarkan penelitian menunjukkan objek situs batu Goong Citaman merupakan satu kesatuan kompleks budaya dan periode.
Di situs tersebut Anda bisa mengunjungi objek batu bergores, di samping itu ditemukan pula pecahan keramik, di antaranya keramik Sung Putih paling tua yang berasal dari akhir abad 16 M.
Ada pula fragmen area yang diperkirakan dari abad ke-9 M. Konon, menurut warga setempat setiap malam Maulid batu Goong tersebut menghasilkan bnyi yang menyerupai bunyi gong yang terdengar hingga satu desa.
Gunung Karang - Batu Qur'an di Cikoromoy
Dari ketiga objek kunjungan wisata gunung Karang, yang paling banyak menarik wisatawan adalah kolam renang Cikoromoy. Daya tarik kolam renang ini adalah sebongkah batu besar di dasar kolam yang memiliki ukiran huruf Arab, dan diperkirakan telah berusia lebih dari 500 tahun. Sebagian orang percaya bahwa dengan berendam di dalamnya akan mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Ahli sejarah kepurbakalaan yakin bahwa batu bertulisan huruf-huruf Al-Qur'an yang ada di batu-batu di dasar kolam Cibulakan, sengaja dibuat oleh pengikut Sultan Banten dalam rangka syiar Islam. Batu-batu itu telah dijadikan media pengikut Sultan untuk warga Banten tentang bagaimana menghormati air untuk diminum, bagaimana menghormati air untuk dijadikan wudhu, dan bagaimana menjadikan air sebagai modal kehidupan.
Batu-batu berhuruf arab itu, lebarnya hanya sekitar 2 meter. Di pinggiran batu tersebut, terdapat sejumlah mata air yang deras dan bening airnya. Di lokasi itulah pula, pengunjung sering berlama-lama berendam.
Batu Qur'an yang lebarnya hanya sekitar dua meter dan diapit beberapa sumber mata air itu diyakini merupakan peninggalan Ki Mansyur, kerabat Raja Banten yang menjadi ulama. Ki Mansyur sangat cakap dalam ilmu pertanian dan piawai dalam olah seni yang dijadikannya media menyebarkan agama Islam.
Selama masa penugasannya, Ki Mansyur mewariskan banyak ilmunya kepada warga Banten Selatan. Salah satu ilmu kesenian bernafaskan Islam yang ditinggalkannya dan hingga kini masih lestari adalah seni Rampak Bedug, kesenian tradisional yang mulanya digunakan warga Pandeglang hanya di bulan Ramadhan untuk membangunkan warga makan sahur. Kesenian itu juga digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan massa menjelang Ki Mansyur menyampaikan pesan-pesan atau tugas kepada warga. Ki Mansyur juga mewariskan ilmu debus, kesenian yang inti sarinya bersumber dari Al-Qur'an, untuk penyebaran Islam.
Setiap libur, terutama sekali jika Maulid Nabi Muhammad tiba, puluhan bus ukuran besar dari berbagai kota parkir di lokasi wisata penziarahan makam Ki Mansyur di Cikaduen, Pandeglang.
Setelah mengunjungi makam Ki Mansyur, para wisatawan juga kerap menyempatkan diri berendam di kolam Cibulakan. Ketika pulang, pengunjung pun membawa oleh-oleh botol berisi air dari kolam Cibulakan. Dan kegiatan itu sepertinya sudah menjadi tradisi yang berlangsung lama. Hasilnya pun menakjubkan. Karena sangat yakin, air kolam pemandian batu Qur'an bisa dijadikan obat, banyak pengunjung yang semula menderita penyakit kulit kini sembuh.
Gunung Karang - Pesona Mistis Gunung Karang
Kawasan lereng gunung Karang menyimpan banyak tempat–tempat yang dikeramatkan, diantaranya makam seorang raja, pertapa dan lain-lain. Di kanan kiri jalan setapak yang kita lalui tumbuh pohon-pohon raksasa yang umurnya mungkin sudah ratusan tahun, gelapnya kabut membuat cabang-cabang pohon tersebut seperti tangan-tangan raksasa yang siap mencengkram manusia-manusia yang bermaksud jahil di kawasan ini.
Di atas gunung ini ada keajaiban alam yang mungkin jarang di temukan di tempat-tempat yang lain. Umumnya sebuah mata air sering kita jumpai di kawasan lereng atau di kaki sebuah gunung, namun di gunung Karang mata air tersebut benar-benar muncul di puncang gunung tersebut. Mata air tersebut muncul menjadi tujuh sumber, yang oleh penduduk sekitar disebut dengan nama sumur tujuh.
Khasiat dari air sumur tersebut adalah untuk membersihkan diri dari gangguan energi-energi negatif. Caranya adalah dengan berdoa dan mandi keramas di sumber air tersebut. Bagi yang mata batinnya sudah terasah dengan baik, bisa menyaksikan fenomena-fenomena gaib di tempat ini. Ketika berada di pucak gunung ini, Anda akan disambut dengan hawa dingin yang menggigit. Terutama jika sedang mendaki gunung ini terjadi hujan angin yang sangat lebat dan terkesan mengerikan.
Jalur Pendakian
Untuk mencapai puncak gunung Karang, selama ini dikenal dua jalur pendakian. Jalur pertama biasa disebut jalur Kadeungang. Dengan menempuh jalur ini, diperlukan sekitar 4-5 jam untuk mencapai puncak gunung.
Jalur kedua adalah jalur Pager Watu atau Ciekek. Jalur ini lebih landai dibandingkan jalur Kadeungang, namun memerlukan waktu tempuh yang lebih lama, yaitu sekitar tujuh jam. Karena itu, jalur Pager Watu tidak begitu populer di kalangan para pendaki.
Di jalur Kadeungang, terdapat petilasan Tb Jaya Raksa. Sebelum melanjutkan pendakian, biasanya para wisatawan menyempatkan diri berziarah ke sini. Barulah setelah itu menuju ke Pos Pendakian 2 yang memakan waktu sekitar satu jam. Dalam perjalanan menuju Pos Pendakian 2, wisatawan bisa menikmati pemandangan Selat Sunda dan samar-samar terlihat anak Gunung Krakatau.
Sebelum mencapai Pos Pendakian 3, sebelumnya melewati Batas Vegetasi Hutan. Selepas Pos Pendakian 3, akan ditemukan persimpangan; ke kiri menuju Sumur Tujuh, dan ke kanan menuju Curug Nangka. Dengan melanjutkan perjalanan mengikuti jalur ke kiri, sampailah di Sumur Tujuh, di puncak gunung Karang.
Untuk memastikan supaya tida tersasar jangan sungkan-sungkan untuk bertanya kepada penduduk setempat. Jarak Polres Pandegelang ke dusun Kaduengang sekira-kira 15 km, anda harus berhati-hati karena jalanan yang sangat buruk. Bila telah sampai di Kampung Kaduengang anda bisa menitipkan kendaraan di warung pertigaan, yaitu warung Teteh Choiriyah.