logo anne ahira
AnneAhira.com    Referensi    Ilmu Sosial    Ekonomi
Loading...

Macam-Macam Inflasi: Inflasi di Seputar Kita


Loading...

Ilustrasi macam macam inflasi
Harga cabai merah naik menjadi Rp 80.000 per kg, ibu-ibu, pedagang bakso, dan pengusaha warteg mengeluh karena mereka tak mungkin ikut-ikutan menaikkan harga makanan di warung mereka. Inilah salah satu inflasi di seputar kita. Inflasi adalah peningkatan harga umum dalam suatu perekonomian yang berlangsung secara terus menerus. Peningkatan harga umum dapat berupa peningkatan yang kecil, tinggi, dan meningkat dengan cepat. Macam-macam Inflasi dibedakan berdasarkan tingkat keparahan, penyebab,dan asal terjadinya inflasi.

Si Kambing Hitam Bernama Inflasi

Inflasi telah menjadi kambing hitam perekonomian. Gejolak sedikit saja, maka inflasi akan datang. Pada saat ia datang, semua harga naik. Kalau tidak dapat dikendalikan maka kenaikan harga ini akan membuat masyarakat kelimpungan. Mereka bisa saja tidak mampu membeli barang-barang yang dibutuhkan. Orang miskin akan semakin miskin dan orang kaya akan semakin kaya. Bila tidak hati-hati, krisis moneter akan terjadi. Pada saat krisis moneter terjadi, yang akan dihadapi adalah tekanan harga barang sehari-hari.

Pada tahun 80-an, harga emas satu suku (6,7 gram) hanya sekira 10 ribu rupiah. Pada saat itu, nilai tukar rupiah sekira 1000 dolar Amerika. Kini harga satu suku emas, sekira 3,5 juta rupiah dan nilai tular rupaih telah menjadi begitu rendah dibandingkan dengan dolar. Satu dolar kini sama dengan 9700 rupiah. Betapa cepatnya percepatan lonjakan harga selama kurang lebih 33 tahun ini. Kalau kini pemerintah berencana melakukan deredominasi rupiah dengan mengurangi nol sebanyak tiga buah, maka akan banyak sekali konsekuensi yang akan terjadi.

Sekilas, program redenominasi rupiah ini akan membuat bangsa ini terlihat lebih berwibawa karena nilai mata uangnya terlihat cantik dan menarik. Bagi kalangan yang bergerak dibidang penghitungan seperti akuntansi, akan merasa senang. Angka yang kecil tentu saja lebih mudah dalam dunia perhitungan dibandingkan dengan angka yang basar. Namun, biaya untuk melakukan redenominasi tidak murah. Bahkan mungkin harus dilakukan berkali-kali hingga masyarakat memahami dan mengerti serta bisa beradaptasi dengan program tersebut.


Biaya untuk kampanye dan memasyarakatkannya saja tidak murah. Belum lagi biaya untuk pencetakan uang dan penyebarannya ke masyarakat. Software perbankan harus diganti. Mesin ATM pun harus diperbarui. Para petugas bank harus mendapatkan pelatihan baru demi menyesuaikan dengan perkembangan yang ada. Belum lagi biaya penarikan uang lama dan membuat ilustrasi bagi uang yang baru. Semua ini membutuhkan biaya yang luar biasa besarnya.

Bagaimana kalau inflasi terjadi dengan dahsyatnya setelah redenominasi? Bukanlah hal yang mustahil bahwa rupiah akan seperti ini lagi. Rupiah akan terpuruk lagi dan perekonomian akan memburuk lagi. Ini adalah sesuatu yang sangat mungkin kalau bangsa ini tidak mampu menjaga stabilitas keamanan, stabilitas politik, stabilitas ekonominya. Kalau pengrusakan tanah dan alam ini semakin menjadi, bisa jadi orag luar akan mengambil kejadian tersebut sebagai isu tidak membeli barang dari Indonesia.

Hal ini telah terjadi di bidang kelapa sawit. Pengusaha kelapa sawit yang ada di Indonesia dikatakan merusak lingkungan, lalu pengusaha Amerika tidak membeli minyak goreng atau tidak membeli minyak kelapa sawit dari tanah air. Bila hal ini terjadi dibanyak bidang, maka keadaannya akan kembali sebelum redenominasi. Bukankah akan lebih baik kalau ada penguatan rupiah dengan melakukan banyak hal termasuk tidak mengambil utang luar negeri lagi. Tetapi sepertinya hal ini menjadi sesuatu yang tidak mungkin.

Bangsa ini telah terlanjur mempunyai banyak utang sehingga akan selalu mengutang untuk membiayai hidupnya. Ditambah lagi bahwa bangsa ini bukannya bangsa yang gemar menabung. Banyak sekali rumah tangga yang hidupnya dari teknik gali lubang tutup lubang. Utang di mana-mana dan senang hidup dengan utang. Prinsipnya adalah selama masih bisa bayar utang, mengapa tidak ambil utang. Hidup harus dinikmati sehingga membayar dengan kredit pun tidak menjadi masalah. Inilah prinsip hidup yang membuat bangsa ini menjadi bangsa yang penuh dengan utang.

Bila terus berlanjut, yang akan terjadi adalah kredit macet. Kredit macet akan menimbulkan gejolak yang tidak sedikit. Perekonomian akan semakin tidak karuan. Hal inilah yang harus dicegah. Jangan sampai bangsa ini kembali menjadi korban krisis moneter. Pada tahun 90-an, harga telur satu kilogram masih sekira 1500, kini harga telur telah mencapai 17 ribu hingga 19 ribu. Inilah yang dikatakan sebagai efek inflasi.

Efek Inflasi

Harga rumah masih sekira puluhan juta untuk ukuran tipe 21 dan 36. Sekarang harganya sudah mencapai ratusan juta rupiah. Orang akan mengatakan bahwa betapa beruntungnya orang-orang yang mempunyai rumah. Masih jutaan orang tidak mempunyai rumah. Mereka masih berusaha dan berjuang mati-matian untuk mendapatkan rumah. Tidak mudah memang bertahan untuk hidup tanpa utang karena godaan untuk berutang itu begitu tingginya. Orang yang hidupnya tidak ada utang adalah orang yang sangat beruntung.

Biaya pendidikan pun mau tak mau menjadi sangat tinggi. Pemerintah menjadi sangat bingung. Berbagai cara digunakan agar seluruh rakyat ini bisa mencicipi pendidikan dengan baik. Beasiswa disiapkan. Tetapi memang tidak mudah untuk memberikan pendidikan yang benar-benar gratis. Susah memberikan biaya yang sangat tinggi kepada seorang siswa yang akan belajar di sekolah yang baik tanpa harus membayar sama sekali. Tidak mengherankan ketika ekonomi ini terasa semakin tidak menentu, penyakit masyarakat pun semakin banyak.

Rasa depresi dan frustasi menjadikan banyaknya kejahatan yang terjadi di sekitar kita. Kalau uang tidak ada dan cara mencari uang juga susah, maka yang akan terjadi adalah bagaimana mendapatkan uang tanpa melakukan banyak hal. Hanya dengan keimanan yang akan mencegah kejahatan ini terjadi. Pemerintah memang harus bekerja sangat keras agar perekonomian menjadi semakin baik dan tidak ada satu orang pun yang berada di bawah garis kemiskinan.

Jenis Inflasi

Berdasarkan tingkat keparahan, inflasi dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu:
1. Inflasi ringan (tingkat inflasi di bawah 10% per tahun)
2. Inflasi sedang ( tingkat inflasi di sekitar 10% - 30% per tahun)
3. Inflasi berat (tingkat inflasi 30% - 100% per tahun)
4. Hyper inflasi (tingkat inflasi melebihi 100% per tahun)

Berdasarkan penyebab terjadinya inflasi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Demand - Pull Inflation
Inflasi in terjadi karena permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa meningkat tajam. Masyarakat merasa hari esok barang atau jasa tersebut akan mengalami kenaikan harga, sehingga masyarakat yang memiliki kelebihan uang, berbondong-bondong membeli barang atau jasa tersebut. Akibatnya harga barang menjadi naik. Misalnya : susu formula

2. Cost - Push Inflation
Inflasi ini disebabkan adanya kenaikan biaya produksi. Misalnya kenaikan tingkat upah dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah penawaran barang. Bila jumlah permintaan tetap atau malah naik, maka akan mendorong naiknya harga-harga barang.

Berdasarkan asal terjadinya inflasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri
Inflasi ini bersumber dari beberapa faktor pencetus di dalam negeri, misalnya: gagal panen, pemerintah mencetak uang baru untuk menutup defisit anggaran, dan sebagainya.

2. Inflasi yang berasal dari luar negeri
Inflasi ini muncul terutama pada negara yang masih mengantungkan pemenuhan kebutuhannya pada luar negeri. Inflasi ini terbagi dalam dua kelompok, yaitu:

1. Inflasi dari luar negeri secara langsung, contoh: kenaikan harga barang-barang import.
2. Inflasi dari luar negeri secara tidak langsung, misalnya: pemerintah dengan sengaja menaikkan barang-barang produksi dalam negeri untuk mengimbangi harga barang-barang import.

Dampak Inflasi Terhadap Kegiatan Ekonomi Masyarakat
Inflasi sangat merugikan masyarakat karena inflasi mengakibatkan hal-hal sebagai berikut.

1. Orang cenderung menyimpan kekayaan dalam bentuk harta tetap daripada dalam bentuk tabungan uang.
2. Tidak adanya simpanan investasi berupa uang tunai.
3. Pengusaha enggan berinvestasi.
4. Daya beli masyarakat menurun disebabkan menurunnya nilai mata uang.

Cara Mengatasi Inflasi
Inflasi dapat diatasi dengan melakukan hal-hal sebagai berikut.
1. Kebijakan Moneter, meliputi: politik diskonto, politik pasar terbuka, dan peningkatan kas ratio.
2. Kebijakan fiscal, meliputi: Mengatus penerimaan dan pengeluaran pemerintah, dan menaikkan pajak.
3. Kebijakan Nonmoneter, meliputi: mendorong agar pengusahan menaikkan hasil produksinya, menekan upah, pemerintah menetapkan harga maksimal, pendistribusian secara langsung,
4. Pemotongan nilai mata uang.

Semua orang mengharapkan bahwa inflasi ini tidak terlalu tinggi sehingga tidak ada pemotongan nilai rupiah seperti yang terjadi pada masa orde lama.

 

Tolong di SHARE :
Tweet
Loading...
Artikel Terkait
  • Kesenjangan Ekonomi di Antara Monopoli dan Pergeseran Fungsi Uang
  • Pelaku Kegiatan Ekonomi Takut Inflasi
  • Pengertian Perdagangan Internasional
  • Keserakahan Manusia Penyebab Krisis Ekonomi Global
  • Contoh Perhitungan Laba Rugi dan Manfaatnya
  • Konflik Ekonomi Antara Cina dan Amerika
  • Naik Turun Ekonomi Indonesia
  • Memahami Arti Inflasi
  • Komoditas Adalah Sesuatu yang Bisa Diperdagangkan
  • Mengenal Sistem Ekonomi Campuran
  • Peluang Karier Alumni Ilmu Ekonomi Pembangunan (IESP)
  • Manfaat dan Pengertian Laporan Keuangan
  • Perencanaan Keuangan Keluarga
  • Mengenal Fungsi dan Tugas Pengawas Koperasi
  • Mengenal Teori Produksi Ekonomi Mikro
Loading...


Beranda | Privacy