Hasil Peninggalan pada Zaman Batu
Ilustrasi Peninggalan Pada Zaman Batu
Sejarah peninggalan pada zaman batu tua menunjukkan waktu yang sudah berabad-abad lalu. Pada zaman itu, belum ada peralatan canggih sehingga orang zaman dahulu memanfaatkan batu sebagai peralatan keperluan sehari-hari. Selain batu, masih banyak lagi bahan yang digunakan seperti kayu dan tulang. Akan tetapi, alat yang lebih sering digunakan adalah batu.
Pada dasarnya peralatan dari batu pada zaman sekarang terlihat tidak bernilai sama sekali, karena banyaknya fasilitas-fasilitas yang sudah ada. Hal itu terjadi karena pengaruh zaman yang semakin lama semakin maju. Akan tetapi, kehidupan pada zaman dulu membuat manusia zaman itu lebih kreatif dan mandiri, sebagai bentuk upaya mempertahankan kehidupan mereka.
Dengan kecerdasan dan kekreatifannya, mereka dapat mengubah batu sebagai peralatan yang sangat bernilai. Misalnya saja rumah yang seluruhnya terbuat dari batu yaitu dengan cara ditumpuk-tumpuk. Ada juga yang membuat peralatan pisau terbuat dari batu sebagai alat memotong dan lain sebagainya.
Berbagai Peninggalan pada Zaman Batu
Peninggalan zaman batu banyak di temukan hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Memang, tidak ada catatan sejarah yang berupa tulisan sebagai bukti keberadaannya. Sebagai gantinya, banyak peninggalan berupa benda-benda dan berbagai peralatan hasil kebudayaan mereka. Peninggalan hasil budaya manusia zaman batu disebut artefak.
Oleh karena itu, orang-orang terdahulu banyak meninggalkan bentuk-bentuk batu yang berbeda atau mempunyai khas tersendiri serta mempunyai periode sendiri-sendiri yaitu sebagai berikut.
1. Zaman Batu Tua (Palaeolithikum)
Merupakan suatu zaman di mana alat-alatnya terbuat dari batu yang bertekstur kasar dan belum diasah, sehingga bentuknya masih sederhana. Batu tua tersebut banyak ditemukan di daerah Pacitan (Jawa Timur) dan Ngandong (Jawa Timur). Oleh sebab itu, batu tersebut dapat dapat dijadikan sebagai penemuan benda-benda zaman prasejarah yaitu sebagai suatu kebudayaan di daerah Pacitan dan juga sebagai kebudayaan Ngandong.
Peninggalan pada zaman batu tersebut ditemukan untuk pertama kalinya oleh Von Koenigswald. Penemuan tersebut terjadi pada tahun 1935 di Pacitan. Kemudian benda tersebut disebut dengan nama kapak genggam olehnya. Sebab, alat tersebut hampir sama dengan kapak, tapi tidak bertangkai. Cara untuk mengunakannya adalah dengan digenggam.
Pembuatan benda penemuan tersebut sepertinya dilakukan dengan memangkas satu sisi dari batu tersebut hingga sisinya menjadi tajam. Kemudian, di sisi lainnya dibiarkan agar bisa digunakan untuk menggenggam. Penemuan pertama kali peninggalan zaman batu tua tidak bisa diketahui secara pasti. Hal itu karena semua batu tersebut ditemukan di atas permukaan bumi.
Masih banyak lagi alat-alat yang telah ditemukan. Seperti, alat kecil yang terbuat dari batu dan disebut dengan flakes. Batu tersebut selain terbuat dari batu biasa juga ada yang terbuat dari batu-batu yang indah berwarna seperti calsedon.
Flakes berfungsi sebagai alat untuk menguliti hewan buruan, memotong daging, dan umbi-umbian. Jadi, fungsi dari flakes ini seperti pisau pada masa sekarang. Alat-alat ini sangat banyak ditemukan di daerah Indonesia seperti Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.
2. Zaman Batu Tengah Madya (Mesolithikum)
Zaman ini tidak berbeda jauh dengan zaman batu tua. Akan tetapi, manusia yang hidup pada zaman tersebut sudah ada yang menetap, sehingga zaman batu tengah terlihat lebih menonjol.
Contoh batu dari zaman ini masih berbentuk kapak genggam, yang ditemukan di dalam bukit kerang. Kapak genggam pada zaman ini disebut dengan pebble atau kapak sumatera (sumatralith), yang disesuaikan dengan tempat penemuannya, yaitu di Pulau Sumatera.
Bentuk pebble sudah agak sempurna dan lebih halus dari pada zaman batu tua. Bentuk yang seperti itu dibuat dari batu sungai yang dipecah-pecah.
Di samping ditemukannya kapak-kapak yang berasal dari batu. Banyak juga ditemukan batu tua pipisan yang fungsinya sebagai penggiling makanan.
Abris sous roche merupakan goa-goa yang dijadikan sebagai tempat tinggal manusia pada zaman batu tengah madya dan juga berfungsi sebagai tempat berlindung dari bahaya cuaca dan binatang yang sangat buas.
Peralatan dari batu yang telah ditemukan di goa-goa tersebut antara lain seperti flakes, ujung panah, kapak yang sudah di asah, dan batu pipisan. Selain itu, peninggalan-peninggalan yang berasal dari zaman batu tengah madya adalah alat-alat yang terbuat dari tulang atau tanduk rusa.
Dari penjelasan tersebut, maka tentu ada perbandingan penyebaran zaman batu tengah madya (mesolithikum) dengan penyebaran zaman batu tua. Dari peninggalannya diketahui bahwa masyarakat yang hidup berabad-abad tahun yang lalu selalu mengalami berbagai perkembangan dari masa ke masa.
Adapun pergantian zaman dari mesolithikum ke zaman neolithikum, membuktikan bahwa kebudayaan pada zaman itu mengalami perkembangan, dari taraf sederhana ke taraf yang lebih kompleks.
3. Zaman Batu Muda (Neolithikum)
Hasil dari zaman batu muda ini yang terkenal adalah sejenis kapak persegi dan kapak lonjong. Asal mula penyebaran kapak persegi adalah melalui suatu migrasi bangsa dari benua Asia ke Indonesia. Kapak tersebut diberi nama Van Heine Heldern. Berdasar dari penampang lintangnya, alat ini berbentuk persegi panjang atau lebih mirip dengan bentuk trapesium.
Penampang kapak persegi ada yang berukuran besar maupun kecil. Adapun yang besar biasanya disebut dengan beliung. Fungsinya untuk mencangkul, seperti cangkul pada masa sekarang. Sedangkan kapak yang berukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah. Fungsinya sebagai alat pahat untuk pekerjaan mengolah kayu yang umumnya dikerjakan dengan cara dipahat.
Tidak hanya batu biasa yang digunakan untuk membuat kapak, ada juga yang terbuat dari bahan batu api. Kapak yang terbuat dari batu api, hanya digunakan sebagai alat pada upacara spiritual dan upacara besar lainnya.
Di Indonesia sendiri banyak ditemukan tempat-tempat yang digunakan sebagai tempat pembuatan kapak persegi, yaitu di Sumatera Selatan, Bogor, Jawa Timur, dan daerah lainnya. Pada waktu yang hampir sama dengan tersebarnya kapak persegi, di daerah Indonesia bagian timur juga tersebar alat sejenis kapak. Dengan penampang melintang, alat ini memiliki bentuk yang lonjong, sehingga disebut kapak lonjong.
Sebagian besar dari kapak lonjong ini dibuat dari batu sungai dan warnanya sedikit kehitam-hitaman. Bentuk dari kapak tersebut adalah bulat telur, dengan ujungnya yang lancip sebagai tangkai agar mudah untuk dipegang. Oleh karena itu, tekstur dan bentuk dari kapak tersebut halus di seluruh ujungnya
Pada dasarnya, fungsi dari kapak lonjong memiliki kesamaan dengan kapak persegi. Kapak lonjong banyak ditemukan di Irian, hingga alat tersebut tersebar luas hingga di Pulau Melanesia. Oleh sebab itu, banyak arkeolog yang mengatakan istilah lain dari kapak lonjong adalah Neolithikum Papua.
Pada zaman batu muda (Neolithikum) selain berkembang kapak persegi dan kapak lonjong, juga terdapat benda-benda lain, yaitu perhiasan dan pakaian. Perhiasan pada masa dahulu umumnya terbuat dari batu biasa, ada juga yang terbuat dari batu mahal yang berwarna.
Selain perhiasan, kerajinan gerabah juga baru dikenal pada zaman batu muda (Neolithikum). Cara pembuatannya masih sederhana, karena hanya menggunakan tangan tanpa menggunakan bantuan peralatan yang lain.
Adapun untuk pakaian yang digunakan oleh kalangan masyarakat saat zaman batu muda, dapat diketahui melalui penemuan alat pemukul dari kayu. Alat pemukul ini ditemukan di daerah Kalimantan dan Sulawesi Selatan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita ketahui bahwa penemuan-penemuan pada zaman dahulu sangat beragam. Dari penemuan-penemuan itu, kita bisa mengetahui cara hidup orang-orang pada zaman batu.