logo anne ahira
AnneAhira.com    Hiburan    Puisi    Chairil Anwar
Loading...

Puisi Chairil Anwar Tentang Cinta


Loading...

Ilustrasi puisi chairil anwar tentang cinta

Sekalipun tak berkarya lama, Chairil Anwar yang lahir pada 26 Juli 1922 di Medan, Sumatera Utara dan meninggal di Jakarta, tepatnya 28 April 1949 atau dalam usia masih belia, 27 tahun, namun telah menorehkan namanya sebagai penyair terdepan Indonesia. Selama hidupnya yang sangat singkat tersebut, Chairil Anwar telah menulis 96 karya termasuk di dalamnya tak kurang dari 70 puisi. Beberapa buah puisinya seperti Aku, Karawang-Bekasi maupun Diponegoro, akan dengan gampang menangkap bagaimana gelegak semangat Chairil Anwar dalam menyuarakan dan mengekspresikan jiwanya.

Berada dalam zaman perjuangan, tak membuat Chairil Anwar  hanya menulis puisi yang berisi semangat perjuangan dan menggelorakan penentangan terhadap penjajah. Dari sekian karyanya yang tak terlalu banyak itu, puisi puisi Chairil Anwar yang bicara tentang cinta pun tak sedikit. 

Puisi Cinta

Bicara tentang cinta merupakan satu dari sekian banyak tema yang selalu digarap para penyair, novelis maupun karya sastra lainnya. Namun bicara tentang cinta, tentu apa yang dilakukan Chairil Anwar berbeda. Begitu pula penyair dan novelis lainnya, punya cara yang berbeda dalam menangkap hakikat cinta. Coba perhatikan puisi di bawah ini yang merupakan salah satu bentuk puisi Chairil Anwar tentang cinta.


Dari Dia
buat K.

Jangan salahkan aku, kau kudekap
bukan karena setia, lalu pergi dengan gemerincing ketawa!
Sebab perempuan susah mengatasi
Keterharuan penghidupan yang ‘kan dibawakan
Padanya…..

Sebut namaku! ‘ku kan datang kembali ke kamar
Yang kau tandai lampu merah, kaktus di jendela,
Tidak tahu buat berapa lama, tapi pasti di senja samar
Rambutku ikal menyinar, kau senapsu dulu kuhela

Sementara biarkan ‘ku hidup yang sudah
Dijalinkan dalam rahasia….

Begitulah ketika Chairil Anwar bicara tentang cinta, cinta yang aneh dan persetubuhan dengan perempuan yang juga terasa janggal. Mungkin Chairil Anwar pada masanya menangkap semua itu sebagai sebuah model bagaimana orang menafsirkan cinta. Ini juga berbeda bila dibanding dengan penyair yang seusia dengan Chairil Anwar. Berbeda dalam mengungkapkan cinta yang terasa jujur dan elegan. Padahal penyair lain dan novelis yang sezaman dengannya, masih menafsirkan cinta kepada perempuan yang penuh puja-puji sehingga terkadang kehilangan esensi.


Kontroversi

Seperti halnya Krawang-Bekasi, beberapa puisi Chairil Anwar tentang cinta pun tak lepas dari kontroversi. Beberapa puisi sempat dimuat di media massa sebagai buah karya Chairil Anwar, namun kemudian terungkap bahwa puisi tersebut adalah buah karya penyair luar negeri.

Tentu ada hal yang melatarbelakangi seorang penyair sehebat Chairil Anwar melakukan penjiplakan seperti ini. HB Jassin mengungkapkan salah satu kemungkinan Chairil Anwar melakukan hal ini adalah karena ia membutuhkan banyak biaya untuk berobat.

Namun dalam pandangan Asrul Sani, puisi Aku karya Chairil Anwar lebih tepat sebagai ungkapan kesedihan dan kekecewaannya terhadap sosok ayahnya. Bagaimana pun juga sosok sang ayah yang kerap cekcok dengan ibunya dan pernikahan orang tuanya tersebut berakhir dengan perceraian, meninggalkan pengalaman tak mengesankan bagi Chairil Anwar tentang pemaknaan cinta. Di dalam kisah hidupnya tentu Chairil Anwar punya penafsiran tersendiri ketika ayahnya menikah lagi dan tidak pernah lagi memberikan nafkah bagi ibu dan Chairil sehingga mereka hidup dalam kekurangan. Tapi itulah garis hidup yang turut menorehkan pemaknaan tentang cinta bagi hidup Chairil Anwar.

Hal yang tak kalah kontroversinya adalah puisi berjudul Aku. Sampai sekarang para pengamat sastra masih memperdebatkan apakah puisi Aku karya Chairil Anwar tersebut bercorak perjuangan atau ungkapan kekecewaan Chairil. Namun satu hal yang pasti, sejak karya "Aku"-nya berhasil memikat penggemar sastra dan masyarakat awam lainnya, Chairil Anwar semakin percaya diri untuk melahirkan karya-karyanya yang lain.

Begitulah penyair Chairil Anwar, sosok yang senantiasa mengundang kontroversi baik sebagai pribadi maupun dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya ke dalam bentuk puisi. Sebagai seorang penyair, Chairil Anwar dikenal memiliki vitalitas dalam berkarya. Sayangnya vitalitas dalam berkarya itu tidak diimbangi dengan kondisi fisiknya sebagai seorang yang senang mengembara dan hidup tidak teratur. Itulah sebabnya sebelum usianya genap 27 tahun, Chairil Anwar yang putra bupati Inderagiri ini justru telah diserang berbagai macam penyakit. Akhirnya Chairil Anwar akhirnya meninggal di Rumah Sakit CBZ, Jakarta tepatnya pada 18 April 1949 akibat kuman TBC yang tak bisa diatasi.

Berikut ini beberapa puisi Chairil Anwar yang menuai kontroversi

  • Datang Dara, Hilang Dara

Puisi cinta Chairil Anwar yang dianggap hasil menjiplak. Puisi ini pertama kali dimuat di MI pada bulan November 1948 sebagai karya Chairil Anwar. Namun sebulan kemudian puisi ini diketahui merupakan terjemahan dari A Song of The Sea karya Hsu Chih-Mo. A Song of The Sea ini dimuat dalam bunga rampai Comtemporary Chinese Poetry yang disusun oleh Robert Payne dan diterbitkan oleh penebrit Routledge, London. Sampai sekarang tak ada yang berani memastikan kenapa Chairil Anwar yang memiliki kekuatan dan vitalitas dalam melahirkan karya puisi tersebut, ternyata berani menjiplak karya penyair lain.

  • Krawang-Bekasi

Selain Datang Dara, Hilang Dara, puisi Krawang-Bekasi ini juga menggemparkan karena begitu mirip dengan puisi The Young Dead Soldiers karya Archibald MacLeish.  Namun dalam beberapa hal, Krawang-Bekasi tetap berbeda, sehingga tidak ada yang berani mencapnya sebagai karya jiplakan. Tentu saja perhatian orang terhadap karya Chairil Anwar kemudian mulai sangat hati-hati, tidak mengaguminya secara berlebihan, karena jangan-jangan karya hebat tersebut berupa jiplakan seperti karya sebelumnya.

  • Rumahku

Puisi ini merupakan saduran puitis dari puisi Woninglooze karya Slauerhoff. Puisi Rumahku ini digolongkan dalam karya asli Chairil Anwar dan bukan karya plagiat. Namun, puisi ini sangat kuat dipengaruhi oleh Slauerhoff.

  • Kepada Peminta-Minta

Merupakan adaptasi dari puisi karya Willem Elscchot yang berjudul Tot den Arme dan dimuat dimuat di dalam Verzen van Vroeger.  16 dari 20 baris puisi Kepada Peminta-Minta ini sama dengan puisi karya Elsschot yang terdiri dari 24 baris, meskipun urutannya tidak sama persis. Tapi itulah keberanian lain yang diekspresikan Chairil Anwar.

  • Orang Berdua (= Dengan Mirat)

Puisi ini ditulis pada tahun 1946, termasuk puisi asli dengan pengaruh yang sangat kuat dari puisi De Gescheidenen karya Marsman.

  • Fragmen

Merupakan terjemahan bebas dari Bagian IX Preludes to Attitudes karya Conrad Aiken. Pertama kali dimuat di dalam MI dicantumkan sebagai karya asli Chairil Anwar hingga kemudian diketahui merupakan karya terjemahan.


Enam puisi tersebut menjadi kontroversi dan bahkan menodai kebesaran nama Chairil Anwar karena dipublikasikan dengan menyebutkan namanya sebagai penulis asli, dan bukan sebagai penerjemah atau penyadur puisi tersebut. Saduran yang tak disebut sebagai saduran akan disebut sebagai plagiat. Demikian pula dengan terjemahan yang tak disebut sebagai terjemahan tanpa menyebut nama penulis aslinya. Tentu saja hal ini harus menjadi perhatian terutama bagi para penyair dan penulis lainnya.

 

Tolong di SHARE :
Tweet
Loading...
Artikel Terkait
  • Apresiasi Makna Puisi Aku Karya Chairil Anwar
  • Karakteristik Puisi Lama Karya Chairil Anwar
  • Chairil Anwar, Pendobrak Sajak Bahasa Indonesia
  • Puisi Lama - Karya Sastra Indonesia yang Terikat Oleh Aturan
  • Pelajaran Penting dari Tiga Puisi Makna Kehidupan
  • Makna Puisi Aku Chairil Anwar, Semangat Perjuangan
  • Puisi Karawang Bekasi Karya Chairil Anwar
  • Apresiasi Puisi Alam Karya Chairil Anwar
  • Apresiasi Puisi Perjuangan Karya Chairil Anwar
  • Mengenal Chairil Anwar dan Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar
  • Puisi Karya Chairil Anwar 1942-1944
  • Puisi Chairil Anwar Aku, Simbol Ketabahan dan Kelapangan Hati
  • Ibu sebagai Sumber Kekuatan Hidup dalam Puisi Ibu Chairil Anwar
  • Nilai Filosofis dalam Puisi Chairil Anwar Diponegoro
  • Keindahan Antologi Puisi Chairil Anwar
Loading...


Beranda | Privacy