Puisi Jatuh Cinta
Ilustrasi puisi jatuh cinta
Puisi Jatuh Cinta tidak selalu diidentikkan dengan jatuh cinta pada satu orang saja. Setelah ini, betapa Cinta akan menunjukkan kepada kita romansa yang dimiliki oleh berbagai keadaan. Puisi jatuh cinta tidak hanya mendayu-dayu dengan kata-kata yang serba bermakna berlebihan, tetapi kita dapat lihat bahwa penyair berbagai generasi di Indonesia menghadirkan perasaan cinta baik terhadap kekasih, bangsa maupun Tuhan.
Beberapa puisi jatuh cinta berikut cukup memberikan kesan bahwa Indonesia adalah negeri dengan peristiwa seribu makna cinta. Cinta yang dikemas dalam bentuk kata-kata, adalah buah karya sepanjang masa. Seperti apa para penyair segala zaman tersebut dapat mewariskan cinta kepada anak-anak negeri Indonesia?
Kumpulan puisi yang akan kita maknai dalam puisi jatuh cinta di bawah ini akan menumbuhkan kembali apa makna cinta bagi mereka dari karya masterpiece seorang penyair.
Doa
Karya: Amir Hamzah
Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita, kekasihku?
Dengan senja samar sepoi,
Pada masa purnama meningkat naik,
Setelah menghalaukan panas terik.
Angin malam menghembus lemah,
Menyejuk badan, melambung rasa menanyang pikir,
Membawa angan ke bawah kursimu
Hatiku terang menerima katamu,
Bagai bintang memasang lilinnya.
Kalbuku terbuka menunggu kasihmu,
Bagai sedap-malam menyirak kelopak.
Aduh kekasihku, isi hatiku dengan katamu, penuhi dadaku
Dengan cahayamu, biar bersinar mataku sendu,
Biar berbinar gelakku rayu!
Puisi Jatuh Cinta karya Amir Hamzah ini berjudul Doa. Banyak interpretasi mengenai puisi ini. Isi puisi Amir Hamzah sangat memberikan kekuatan bagi pembacanya. Metafora yang digunakan cukup menggambarkan sebuah perasaan dan keadaan jatuh cinta.
Apabila dilihat dari judulnya, Amir Hamzah seperti ingin mengatakan bahwa rasa bahagianya seperti jatuh cinta ia tanamkan dalam doa. Sementara, doa tersebut dapat diinterpretasikan pada obyek ketuhanan maupun obyek manusia.
Layar Terkembang
Karya: Sutan Takdir Alisyahbana
Kapalku merapat sisi
Danau hilang warna
dingin menunggu rindu basi
esok pagi yang dini,
angin menggoda menggemuruh.
Tulangku panjang
kupasrahkan pada ombak liaryang menyeret nasibku kembali
hingga kedalaman yang entah!
Dan aku terus hanyut
tanpa ada yang menjamin
kepergian ituuntuk kembali
Kau di hulu, nyalakan lentera
sepanjang puncak ubun-ubun
agar terbaca lukisan rindu di keningmu
biar kulupakan saja
sebaiknya kukuburkan sajariwayatku
yang membosankan
Puisi jatuh cinta karya Sutan Takdir Alisyahbana yang berjudul Layar Terkembang ini merupakan sebuah jatuh cinta di keadaan putus asa. Dapat diamati kata-katanya yang terbersit adalah sebuah nada kepesimisan.
Referensi lain juga datang dari sebuah karya sastra lama karya Sutan Takdir Alisyahbana ini, yang berjudul sama, yaitu Layar Terkembang. Namun yang jelas, Sutan Alisyahbana menyertakan kerinduan yang dalam tertuang di dalam sajak-sajak kerinduannya pada karya berjudulLayar Terkembang.
Sajak Kecil tentang Cinta
Karya: Sapardi Djoko Damono
mencintai angin
harus menjadi siut
mencintai air
harus menjadi ricik
mencintai gunung
harus menjadi terjal
mencintai api
harus menjadi jilat
mencintai cakrawala
harus menebas jarak
mencintai-Mu
harus menjelma aku
Puisi jatuh cinta diatas adalah gambaran umum tentang kedalaman filosofi cinta. Tidak peduli kita cinta baik dengan manusia, keadaan maupun Tuhan. Puisinya cukup mudah dimengerti, dengan sedikit perenungan.
Puisi Sapardi diatas memberikan sebuah kekayaan material dalam dunia sastra, di mana jika Anda juga pernah mendengarkan musikalisasinya, sangat menghanyutkan dan penyampaian makanya juga mengesankan. Sebagai rekomendasi untuk Anda mendengarkan musikalisasi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul, "Sajak Kecil tentang Cinta".
Berjumpa Pula
Karya: Buya Hamka
Oh kau kiranya, bertemu pula
Setelah 15 tahun kita berpisah
Janganlah gugup. Sudahkah sembuh luka hatimu?
Di aku sudah! Tapi payah aku melipur jejaknya
Parutnya masih berkesan di dadaku
15 tahun, bertemu pula
Setelah kita lalui jalan hidup masing-masing
Maafkan daku. Bersiapakah aku mestinya
Adinda, kekasih, juwita yang pernah kuucapkan di mukamu dulu
Atau dalam surat-surat yang pernah kukirimkan
Tidak ‘kan kuucapkan lagi
Aku takut,Obat lekat pantang terlampau
Kembali penyakit lama–Ah, tidak; Aku mulai tua
15 tahunSudah berapakah anakmuAdakah suamimu sehat saja
Beruntung dalam rumah tangga–Tak usah gugup!
15 tahun
Melihat kau sekarang, kuteringat kau yang dulu
Kau yang ada dalam kenanganku
Kau yang tergambar dalam hatiku
Aku teringat
Mudaku dan mudamu
Semasa kita masih menyangka, alam boleh sekehendak kita
Padahal: Takdir tak mengizinkan kita bertemu
Hidup kita tak dapat dipadu menjadi satu
Kau mengambil jalanmu sendiri – terpaksa atau tidak
Dan aku pun
Mengambil jalanku pula
15 tahunAku telah berjalan, dan berjalan jua
Tapi dalam sudut hatiku, kau telah menjadi pelita yang hidup
Kaulah pelitaku
Tanglongku
Dalam kegelapan malam yang senyap sunyi
Sehingga aku menjadi aku
Walaupun kau tak merasa. Barangkali
15 tahun
Tertawa aku, tertangis aku
Tersenyum tersedu
Mendaki ku menurun
Melereng ku mendatar
Pernah kunaik, pernah kujatuh
Jatuh dan bangkit lagi, lalu berjalan jua
Sahaja mati yang belum kurasai
Sehingga aku menjadi aku
Dan perjumpaan kita, 15 tahun yang telah lalu
Adalah pendorong perjuangan hidupku
Hari ini
Setelah 15 tahun
Kitapun berjumpa pula
Aku dengan engkau
Kau yang sekarang
Maka teringatlah aku. Kau yang dulu
Kalau bukan lantaran kau yang dulu
Tentulah air mataku tidakkan titik ke bumi
Garam hidupku yang kulalui
Air mata itulah yang kususun kembali
Sesudah dia jatuh berderai bagai manik putus pengarang
Kujadikan gubahan buat kau. Kau yang dulu
Sehinggaku menjadi Aku
15 tahun…Alangkah cepatnya putaran zaman
Wahai orang yang sekian lama terlukis di sudut hatiku
Jangan engkau salah terima, Wahai kau yang sekarang
Sekiranya aku melihat tenang. Merenung wajahmu
Izinkanlah sejenak, aku mencari, mencari
Aku ini kehilangan
Dia. Dia akan kucari dalam ruang matamu
Kau yang dulu
Berjalan lurus, dan teruslah
Pikullah kewajiban yang telah ditentukan Tuhan
Buat kau. Dan aku punMeneruskan jalanku pula
Berjalan dan berjalan jua
Mendatar, melereng, mendaki dan menurun
Kau lihat. Rambut putih telah mulai berjuntai di ubun-ubunku
Kau lihat.
Tiga garis telah mulai ada di keningku
Alamat, sengitnya perjuangan yang telah kutempuh dulu dan kuhadapi lagi
Marilah sama-sama, meneruskan perjalanan
Melaksanakan hayat
Jauh… dan jauh lagi
Hanya sebuah harapanku tinggal
Semoga usia sama panjang
Dapat berjumpa pula 15 tahun yang akan datang
Mau atau tidak mauKau… dan aku….
Puisi jatuh cinta dari seorang Buya Hamka. Kedengaran begitu panjang dan sangat dalam. Cinta dengan penuh perjuangan dan memberikan sebuah arti tersendiri bagi pembacanya. Cerita yang ditawarkan oleh Buya Hamka merupakan pemandangan cinta sehari-hari. Jatuh cinta dengan penuh perjuangan. Melihat lirik yang mewakili isi hati Buya Hamka, begitu menjemukan. 15 tahun menjadi sebuah makan kedalaman cintanya pada seorang yang dicintai oleh Buya Hamka.
Cinta memang banyak membawa keadaan, kisah, bahkan perasaan. Cinta adalah suatu kehidupan itu sendiri. Puisi yang berjudul berjumpa pula pada lintas zaman yang tidak mudah tersebut, dapat menjadi salah satu puisi yang menjadi bahan perenungan.
Taman
Karya Chairil Anwar
Taman punya kita berdua
tak lebar luas, kecil saja
satu tak kehilangan lain dalamnya.
Bagi kau dan aku cukuplah
Taman kembangnya tak berpuluh warna
Padang rumputnya tak berbanding permadani
halus lembut dipijak kaki.
Bagi kita bukan halangan.Karenadalam taman punya berdua
Kau kembang, aku kumbangaku kumbang, kau kembang.Kecil, penuh surya taman kitatempat merenggut dari dunia dan ‘nusia
Chairil Anwar tidak hanya memberikan sajak-sajak semangat api dan perjuangan di era 45. Chairil Anwar juga turut memeriahkan kelas puisi jatuh cinta. Cinta yang ia gambarkan dalam puisi berjudul Taman ini merupakan gambaran sepasang kekasih yang sedang berbunga-bunga.
Taman ini juga mempunyai interpretasi lain, tetapi diksi (pilihan kata) yang digunakan cukuplah dapat Anda baca ketika Anda sedang jatuh cinta.
Itulah beberapa puisi karya penyair segala zaman. Puisi jatuh cinta tersebut, memang merupakan puisi yang masih dapat dieksplorasi kedalaman maknanya. Semoga dapat menjadi sebuah inspirasi bagi Anda yang sedang jatuh cinta. Karena Cinta tidak hanya milik orang yang sedang jatuh cinta saja, tetapi cinta itu milik segala keadaan dan siapapun Anda. Karena cinta itu Universal.