logo anne ahira

AnneAhira.com    Sosial & Budaya    Suku    Suku Madura

Suku Madura

Oleh: AnneAhira.com Content Team

Suku Madura termasuk suku yang cukup populer di Indonesia. Sesuai namanya,  Suku Madura berasal dari Madura, sebuah pulau kecil di propinsi Jawa Timur. Sebagai suku yang gemar merantau, keberadaannya tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia dengan berbagai mata pencaharian seperti nelayan, pedagang, buruh, dan pengepul besi tua.

Suku Madura merupakan etnis dengan populasi cukup besar di Indonesia. jumlah populasinya sampai saat ini diperkirakan lebih dari 20 juta jiwa. Sebagian besar anggota suku ini berasal dari Pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya. Masyarakat Suku Madura mempunyai ciri khas dibandingkan suku lainnya. Ciri khas tersebut adalah selalu mengutamakan sifat kekluargaandan saling menghormati satu sama lain

Karakter Orang Madura

Kebanyakan orang mengenal Suku Madura dengan stereotip negatif berwatak keras dan mudah tersinggung. Tradisi carok yang sarat dengan kekerasan pun disinyalir bersumber dari karakter ini. 

Namun, agaknya tak banyak orang tahu bahwa sifat keras orang Madura juga dipengaruhi oleh reaksi sebab-akibat. Mungkin kata ekspresif lebih tepat digunakan ketimbang keras. Ketika merespons sesuatu terkait perlakuan orang lain terhadap dirinya, mereka sangat ekspresif.

Jika perlakuan itu menyenangkan hatinya, mereka akan spontan mengungkapkan terima kasih. Sebaliknya, jika merasa diperlakukan tidak menyenangkan, mereka juga akan bereaksi keras.

Misalkan saja, ada kisah nyata tentang seorang Madura yang menghisap rokok di ruangan ber-AC. Seseorang yang merasa terganggu lantas menegurnya. Anda mungkin langsung menebak si Madura akan berang. Padahal tidak demikian. Ia justru merasa sangat bersalah dan kontan mematikan rokoknya yang masih panjang sambil buru-buru meminta maaf. Dengan wajah lugu ia mengatakan tidak tahu jika ada tanda larangan merokok.

Jadi, sebenarnya karakter dasar orang Madura yang menghargai keterbukaan. Terlepas dari stereotip orang Madura yang keras, sebenarnya banyak juga karakter positif orang Madura yang patut ditiru seperti pekerja keras, disiplin, dan religius.

Kepercayaan

Sebagian besar masyarakat Suku Madura menganut kepercayaan agama islam. Masyarakat Madura terkenal sangat taat dalam hal beragama. Selain ikatan kekeluargaan dan kekerabatan, agama menjadi unsur penting sebagai penanda identitas etnik suku ini.

Bagi orang Madura, agama Islam layaknya bagian dari kehidupan yang tidak bisa terpisahkan dari jati dirinya. Tidak heran, jika ada warga Madura yang memeluk agama lain selain Islam, identitas sebagai suku asli Madura pun hilang. Hal ini dikarenakan, lingkungan sosialnya (warga Madura lain) menolak adanya kebergaman agama di kehidupannya. Masyarakat Madura mempunyai prinsip bahwa kehidupan akan berjalan dengan baik, jika dilandasi dengan iman Islam yang kuat.

Mata Pencaharian

Orang Madura terkenal sebagai pekerja keras. Tidak heran, jika masyarakat Madura mempunyai profesi yang beragam. Mata pencaharian utama dari masyarakat Madura adalah bertani.

Tanaman yang mereka produksi adalah tanaman jagung, ubi, dan beberapa jenis sayuran lainnya. Tanaman lain yang dimaksud adalah cengkeh dan tembakau. Cengkeh dan tembakau menjadikan Madura sebagai produsen penting bagi industri rokok domestik. Madura bukan hanya terkenal dengan cengkeh dan tembakau, melainkan juga penghasil garam.

Profesi lainnya Suku Madura adalah beternak domba, kambing, dan sapi. Sebagian kecilnya ada juga yang menjadi nelayan dengan menggunakan perahu cadik dan jaring besar. Sementara, untuk wanita kebanyakan berprofesi sebagai pedagang dan juga buruh.

Kebudayaan

Salah satu kebudayaan yang terkenal dari Suku Madura adalah Karapan Sapi. Karapan sapi merupakan acara yang sangat populer dan diadakan dua kali selama Bulan Sepetember hingga oktober.

Biasanya, acara ini simulai pada pukul 09.00 di Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan, Madura. Karapan sapi bisa dikatakan sebagai acara kebanggaan masyarakat Madura. Untuk babak finalnya, karapan sapi diselenggarakan di Pamekasan, Madura, sekali setahun

Senjata Tradisional

Celurit dan carok laksana dua sisi mata uang, keduanya tidak bisa terpisahkan satu sama lain. Hal ini muncul di kalangan orang-orang Madura sejak zaman penjajahan Belanda. Carok merupakan simbol kesatriaan dalam memperjuangkan kehormatan atau harga diri.

Pada zaman dahulu, carok dan celurit digunakan untuk melawan para penjajah Belanda. Kalangan yang melawan penjajah adalah kalangan masyarakat santri. Setelah sekian lama penjajah Belanda meninggalkan Pulau Madura, budaya carok dan celurit masih tetap ada. Keduanya masih digunakan Suku Madura untuk menghabisi lawan (musuh).

Masyarakat Madura mengira, buidata carok dan celurit adalah hasil ciptaan leluhurnya. Padahal kenyataannya, bucdaya tersebut muncul karena adanya rekayasa dari pihak penjajah Belanda

Terlepas dari asal muasal budaya carok dan celurit, ada hal yang lebih penting. Hal penting yang dimaksud adalah kedua senjata ini kini menjadi senjata tradisional dari Suku Madura.

Baju Adat Madura

Masyarakat umum mengenal pakaian khas Madura, yaitu berwarna hitam serba longgar dengan kaos bergaris merah putih atau merah hitam. Ditambah lagi dengan penutup kepala dan kain sarung.

Padahal sebenarnya, pakaian yang terdiri atas baju pesa’an dan celana gomboran ini adalah pakauan pria untuk rakyat kebanyakan. Baik dipakai sebagai baju keseharian maupun sebagai busana resmi.

Dalam penggunaannya, baju pesa’an. Celana gomboran, dan kaos oblong ini mempunyai perbedaan fungsi. Perbedaan fungsi ini terlihat dari cara memakainya. Kalangan pedagang kecil. Sering kali menggunakan baju pesa’an dan kaos onlong warna putih, dipasukan dengan sarung motif kotak-kotak.

Anekdot Suku Madura

Gaya bicara blak-blakan dan logat yang terdengar lucu juga menjadi ciri khas yang membedakan suku Madura dengan suku lain. Tak heran, orang Madura kerap dijadikan objek aneka anekdot yang berkembang di tanah air.

Beberapa anekdot orang Madura berikut akan membuat Anda mau tak mau harus tersenyum.

  • Goblok vs Pinter

Suatu hari Anshori, seorang abang becak asal Madura bertindak nekad dengan menerobos lampu merah. Polisi yang tengah berjaga di pinggir jalan kontan menyuruhnya berhenti.

Polisi: Gimana sih? Lampu merah kok diterobos?
Ansori (dengan wajah lugu dan logat Madura yang kental): Wah, saya dak tau, Pak ...
Polisi: Guoblok kamu!
Ansori (ngedumel): De’ remmah (bagaimana) sampeyan ini, Pak? Kalo saya pinter ya dak mungkin mbecak, tak iyeh...” 

  • Takut Tentara

Menurut gosip anekdot yang entah benar atau tidak, orang Madura itu takut tentara. Pada suatu hari, di sebuah bus kota yang berjubel penumpangnya. Seorang Madura mengajak bicara penumpang di sebelahnya yang berbadan kekar dan berambut cepak.

Dengan nada takut-takut, orang Madura itu bertanya, “Maaf Pak..., sampeyan polisi, ya?”

Orang berbadan kekar menjawab, “Bukan!”
“Sampeyan Angkatan Darat?”
“Bukan!”
“Ooh ..., Angkatan Laut, ya?”
“Bukan!”
“Angkatan Udara?”
“Bukan!”

Nada takut dalam suara si orang Madura berubah, berganti dengan nada marah. “Kurang ajar sampeyan!”

“Lho, kenapa?”
“Sampeyan... nginjek kaki saya, tak iyeh....!"

  • SIM Pinjaman

Dalam sebuah razia lalu lintas, seorang polisi lalu lintas menginterogasi seorang pengendara motor yang kebetulan adalah orang Madura. 

“Mana SIM-nya?” tanya Pak Polisi.
“Ini, Pak. SIM teman saya,” jawab orang Madura lugu sambil menyodorkan selembar SIM.
“Naik motor kok pinjam SIM orang lain, heh? Ini pelanggaran! Kamu kena tilang!” hardik Pak Polisi sambil siap-siap menulis surat tilang.
“Sampeyan kok rah-marah? Saya dak nyolong. Saya pinjem SIM ini  atas seizin yang punya, yaitu teman saya. Teman saya saja dak marah, eh, malah Pak Polisi yang rah-marah ... De’ remmah (bagaimana) sampeyanini ...” sungut si orang Madura.

Demikianlah ulasan mengenai Suku Madura. Mulai dari karakter, kepercyaan, mata pencaharian, budaya, baju adat, senjata tradisional, sampai dengan anekdot Suku Madura. Semoga informasi tersebut bisa bermanfaat bagi para pembaca.

Tolong di SHARE :
Share
Topik Terkait
Suku Madura
Bangsa Melayu
Dayak Bawo
Empur
Ketua Suku
Marga Ambon
Marga Minahasa
Marga Sangir
Marga Simalungun
Melayu Bengkulu
Melayu Kedah
Melayu Palembang
Melayu-Bugis
Orang Kanekes
Perang Suku
Rumpun Tidung
Suku Abal
Suku Aceh
Suku Akit
Suku Alas
Suku Amungme
Suku Aneuk Jamee
Suku Arfak
Suku Asmat
Suku Bahau
Suku Bajau
Suku Bali
Suku Banjar
Suku Banten
Suku Batak
Suku Bauzi
Suku Bawean
Suku Bentong
Suku Benuaq
Suku Berau
Suku Besar Dayak Lawangan
Suku Betawi
Suku Bima
Suku Boti
Suku Bugis
Suku Buru
Suku Dani
Suku Dayak
Suku Dayak Bidayuh
Suku Dayak Dusun
Suku Dayak Dusun Deyah
Suku Dayak Kebahan
Suku Dayak Mualang
Suku Devayan
Suku Gayo
Suku Haloban
Suku Iban
Suku Jawa
Suku Kaili
Suku Kamoro
Suku Kampar
Suku Karo
Suku Kayan
Suku Kenyah
Suku Kerinci
Suku Kimyal
Suku Kluet
Suku Komering
Suku Konjo Pesisir
Suku Kubu
Suku Kutai
Suku Lampung
Suku Laut
Suku Lawangan
Suku Maba
Suku Makassar
Suku Mandailing
Suku Mandar
Suku Melayu
Suku Minahasa
Suku Minangkabau
Suku Mori
Suku Muna
Suku Nias
Suku Osing
Suku Pakpak
Suku Pamona
Suku Papua
Suku Pasir
Suku Petalangan
Suku Polahi
Suku Rejang
Suku Saluan
Suku Sambas
Suku Sasak
Suku Seberuang
Suku Sekak Bangka
Suku Serawai
Suku Sigulai
Suku Simalungun
Suku Singkil
Suku Sumba
Suku Sunda
Suku Talang Mamak
Suku Tamiang
Suku Tengger
Suku Ternate
Suku Tidung
Suku Tolaki
Suku Toraja
Suku Tunjung
Suku Wehea
Suku-suku di Bengkulu
Suku-Suku Di Indonesia
Tionghoa
Tionghoa-Indonesia
Tonsea

Beranda | Privacy